Jeritan Hati di Hari Natal

Wow, Natal pun tiba! Orang-orang mulai memasang aksesoris berbau Natal di mana-mana, entah itu pohon natal, hiasan salju, hiasan berbau Sinterklas, dan hiasan tanaman Mistletoe(ini yg masang mah orang cari kesempatan, hehehe...). Selain itu banyak nyanyian Natal dinyanyikan di mana-mana sehingga rasa kedamaian itu semakin besar.
Tapi, bukan itu yang ingin saya sampaikan, tetapi hal lain. Jujur, beberapa tahun terakhir ini, saya tidak merasakan 100 % seperti yang dirasakan banyak orang. Saya kadang merasa sedih, setiap kali saya mendengar lagu Natal justru saya agak "uring-uringan" dan bawaannya itu saya ingin langsung masuk kamar lalu tutup pintu lalu baca komik. Bahkan setiap saya menonton film yang berbau Natal seperti Home Alone, saya malah segera ganti channel TV dan menonton yang lain. Ada apa ini? Kenapa saya malah bertindak seperti orang atheis begini?? Padahal justru saya seharusnya menyukai hari Natal yang menjadi hari kelahiran sang juruselamat Yesus Kristus atau Isa Almasih di mana jika hari Natal tidak ada, maka saya tidak akan hidup sampai sekarang.
Saya sempat memikirkan hal ini. Ini memang hal yang tidak wajar. Saya pun mencoba mencari tahu alasannya. Saya sempat berpikir mungkin karena tidak ada salju di Indonesia(kalaupun ada itu hanya di Jayawijaya) sehingga tidak terkesan "White Christmas" dan saya sangat menginginkan Natal yang putih, bermain bola salju, membuat manusia salju, lari-lari di tengah hujan salju, sehingga sejauh mata memandang yang terlihat adalah warna putih. Rasanya indah sekali, apalagi ketika saya melihat video clip lagu Mariah Carey dan lagu-lagu Natal yang lain rasanya saya ingin merasakan Natal yang seperti itu. Bahkan saya sempat berdoa agar di Indonesia turun salju sehingga film "Salju di Jakarta" tidak hanya sekedar kalimat konotasi saja. Yah meskipun memang benar-benar pernah ada hujan salju di Indonesia pas 2009.
Aku mulai berpikir lebih keras sambil tetap menjalankan hidup dan akhirnya setelah perayaan Natal di gerejaku, akupun mulai mengetahui alasannya. Aku bersikap seperti itu bukan karena aku benci Natal, tetapi justru aku sangat menyukai Natal. Aku sangat menikmati kebersamaan, kedamaian, sukacita, dan aku mengetahui bahwa dalam hidup ini aku memiliki banyak sahabat. Memang untuk merasakan seperti itu tidak harus hanya di Natal, tetapi rasanya momen Natal ini adalah saat yang tepat untuk mengalami itu semua karena di mana-mana suasananya mendukung, dan setelah lewat Natal maka suasana sekitar malah menjadi seperti biasa dan aku merasa telah melewatkan satu hari yang luar biasa di hidupku, sehingga setiap kali aku memikirkan hal itu membuatku merasa sedih. Aku benar-benar tidak ingin mengakhiri hari Natal. Aku sangat ingin agar aku dapat merayakan Natal setiap hari. Aku menjadi mengerti bagaimana perasaan Timmy Turner yang memohon kepada Cosmo dan Wanda agar dia dapat merayakan Natal setiap hari.
Tuhan, maafkan aku jika aku berpikiran aneh seperti itu. Tuhan, tolong biarkan semangat Natal selalu ada dalam diriku. Dan kalau boleh, tolong turunkan salju di Indonesia, hehehe...

Selamat ulang tahun Yesus!

Comments